Tidak Punya Modal? Ini Cara Realistis Memulai Usaha Perorangan
8 September 2025
Banyak yang ingin memulai usaha tapi terhenti di satu hal: modal usaha perorangan. Selalu terpaku pada angka, padahal modal tidak melulu soal uang. Justru waktu, aset pribadi, bahkan relasi, bisa jadi bekal awal yang tak kalah penting.
Kuncinya bukan besar kecilnya modal, tapi seberapa tepat dan cermat cara mengelolanya sejak awal. Artikel ini akan mengajak Anda mengupas tuntas cara realistis memulai usaha dengan modal usaha perorangan.
Modal Tidak Harus Uang
Tidak semua sumber modal usaha individu berbentuk uang tunai. Aset seperti laptop, kendaraan, atau ruang kosong di rumah bisa bermanfaat untuk memulai.
Keahlian yang dimiliki—menulis, memasak, menjahit—sering kali lebih bernilai daripada modal finansial. Bahkan waktu luang dan jaringan relasi bisa jadi pendorong awal yang signifikan.
Riset menunjukan bahwa banyak usaha mikro bertahan karena kemampuan memanfaatkan modal non tunai secara adaptif.[1] Bagi pemula, jenis modal ini justru lebih fleksibel dan minim risiko.
Oleh karena itu, daripada terburu-buru mencari kredit modal usaha pribadi, penting untuk mengoptimalkan apa yang sudah ada. Pendekatan ini juga bisa jadi solusi modal usaha mandiri yang realistis, terutama bagi individu yang baru ingin memulai tanpa beban cicilan atau ketergantungan eksternal.
Menyesuaikan Skala Modal dengan Tujuan usaha
Setiap skala usaha menuntut pendekatan modal yang berbeda. Modal awal usaha rumabah biasanya berada di level mikro, dengan aset di bawah Rp50 juta.[2] Pada titik ini ketepatan perencanaan jauh lebih penting daripada jumlahnya.
Sementara untuk usaha kecil omzet hingga Rp2,5 miliar—modal dominan mulai mencakup alat kerja dan bahan baku serta operasional awal. Usaha menengah, di sisi lain, mengandalkan pembiayaan formal hingga miliaran rupiah. Namun, terlalu banyak fokus pada nominal justru bisa menyesatkan.
Sebaliknya, langkah yang perlu Anda ambil di tahap ini adalah mencari kecocokan antara kebutuhan usaha dan struktur pembiayaannya. Apabila pembiayaan UMKM perorangan tidak sesuai dengan skala, maka cukup berisiko mengganggu kelangsungan usaha sejak awal.
Oleh karena itu, kenali batas dan potensi skala usaha agar mampu bertahan dan tumbuh.
Merancang Modal dengan Perhitungan Realistis
Kesalahan umum pelaku usaha baru adalah mencampur antara modal awal dan kebutuhan operasional. Keduanya memang tampak serupa, meskipun fungsi dan perhitungannya sangat berbeda.
Modal awal mencakup biaya pembelian alat dan stok pertama atau setup tempat usaha. Ini bersifat satu kali dan tidak berulang. Sebaliknya, modal operasional digunakan untuk memastikan bisnis tetap berjalan hingga arus kas mulai stabil. Umumnya ini mencakup bahan baku berulang, logistik, dan biaya harian lainnya.
Inilah mengapa setiap strategi perencanaan modal bisnis wajib memasukkan komponen cadangan dana atau buffer alokasi dana darurat agar likuiditas terjaga kesehatannya.[3]
Bahkan dalam usaha mikro, buffer sekecil apa pun dapat menjadi penentu keberlangsungan usaha. Tanpa itu, potensi kehabisan modal di tengah jalan jadi sangat tinggi.
Sayangnya, banyak pelaku usaha justru buru-buru mengejar bantuan modal usaha kecil tanpa memahami alokasi dasarnya. Padahal, kekuatan finansial tak hanya bergantung pada besar kecilnya dana.
Masih ada faktor lain yang sangat menentukan, seperti cara mengelola dana tersebut dengan disiplin dan terstruktur serta penuh kesadaran sejak hari pertama usaha berdiri.
Alternatif Modal setelah Modal Sendiri
Ketika tabungan pribadi tak mampu menutup kebutuhan awal usaha, ada beberapa jalur tambahan yang bisa Anda coba jajaki. Masing-masing punya peluang dan keunggulan sekaligus risiko yang perlu Anda pahami sebelum mengambilnya sebagai solusi.
1. Keluarga atau Teman Dekat
Opsi ini relatif mudah diakses tanpa bunga. Namun, relasi personal bisa terganggu apabila terjadi ketidaksepakatan. Selain itu, komitmen pengembalian juga harus jelas sejak awal.
2. Koperasi Simpan Pinjam
Ini adalah opsi yang ideal untuk Anda yang membutuhkan dana mikro dengan bunga rendah dan tenor fleksibel.[4] Meski begitu, prosesnya kadang memakan waktu dan menjadi anggota koperasi sering menjadi salah satu syaratnya.
3. Fintech Lending
Prosesnya cepat, cukup online, cocok untuk usaha skala kecil.[5] Namun, suku bunga bisa tinggi jika Anda tidak hati-hati membaca perjanjian. Ini bisa jadi cara memulai usaha tanpa modal besar, tapi perlu kecermatan.
4. Perusahaan Pembiayaan Resmi
Apabila anda memiliki jaminan, seperti BPKB kendaraan, maka produk seperti MUFDana layak masuk pertimbangan. Sebagai bentuk pembiayaan legal jaminan BPKB, MUFDana menawarkan pencarian dana cepat dan bunga kompetitif serta berbasis digital.
Selain itu, layanan ini terdaftar OJK sehingga cocok sebagai solusi strategis dan terukur ketika modal pribadi tidak mencukupi.
Langkah Realistis Menuju Usaha Mandiri
Memulai dari yang dimiliki adalah langkah paling realistis. Evaluasi kembali aset dan keahlian serta peluang yang bisa Anda maksimalkan. Apabila membutuhkan dukungan tambahan, pilih jalur pembiayaan yang aman dan legal dari lembaga keuangan mikro maupun perusahaan pembiayaan tepercaya.
Keberanian memulai adalah cara untuk mengukur kemajuan, dan semuanya bisa berawal dari modal usaha perorangan yang dikelola dengan cermat.