Select Page

Inflasi Hijau Adalah: Fenomena Ekonomi Baru yang Perlu Anda Tahu

14 August 2024

Inflasi hijau adalah fenomena ekonomi yang semakin relevan di era saat ini, terutama di tengah upaya besar untuk menghadapi krisis lingkungan.

Apa itu inflasi hijau? Secara sederhana, hal ini berkaitan dengan kenaikan harga barang dan jasa yang pemicunya adalah perubahan menuju ekonomi berkelanjutan atau “hijau.”

Tujuan utamanya bagus, yaitu menjaga bumi kita lebih sehat. Tapi, peralihan ini membawa konsekuensi berupa peningkatan biaya produksi. Pada akhirnya, ini berdampak pada harga di pasaran.

Artikel ini akan membahas faktor penyebabnya, dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, serta tips untuk menghadapinya dengan bijak.

Mengapa Muncul Greenflation?

Istilah greenflation mengacu pada fenomena di mana harga barang naik karena adanya perubahan menuju teknologi ramah lingkungan.

Dunia sedang bergerak untuk meninggalkan energi fosil yang berdampak buruk pada iklim dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih bersih, seperti tenaga surya dan angin.

Namun, transisi energi ini tidak murah—perlu investasi besar-besaran di banyak sektor.

Lantas, bagaimana hal ini bisa memicu inflasi?

Mari ambil contoh sederhana, saat permintaan energi hijau meningkat, harga teknologi dan infrastruktur yang mendukungnya juga naik.

Harga bahan baku seperti logam untuk baterai kendaraan listrik atau turbin angin, misalnya, melambung karena permintaan yang sangat tinggi.

Belum lagi, perusahaan yang ingin menerapkan teknologi ramah lingkungan perlu mengeluarkan dana besar untuk pembaruan dan pengadaan alat-alat tersebut.

Faktor Penyebab Inflasi Hijau

Ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa terjadi kenaikan harga dalam menyambut energi hijau, di antaranya yaitu:

Harga Energi Terbarukan Masih Mahal

Teknologi energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya memang lebih ramah lingkungan, tetapi biaya pemasangan dan pemeliharaannya belum sepenuhnya murah.

Ketika perusahaan mengalihkan konsumsi energi ke sumber-sumber ini, biayanya dapat terakumulasi ke harga barang dan jasa yang Anda gunakan.

Pembatasan Emisi dan Regulasi Ketat

Kebijakan ketat mengenai emisi karbon juga menjadi pendorong greenflation.

Banyak negara, seperti di Uni Eropa, yang menerapkan regulasi ketat terkait emisi. Artinya, perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi untuk menurunkan polusi.

Ini, tentu saja, membutuhkan biaya tambahan yang akhirnya berdampak pada konsumen.

Kelangkaan Bahan Baku Ramah Lingkungan

Beberapa bahan baku yang lebih “hijau” seperti logam untuk baterai kendaraan listrik dan material daur ulang mulai langka dan mahal karena permintaan tinggi.

Hal ini menyebabkan peningkatan harga yang signifikan pada produk-produk berbasis teknologi hijau.

Dampak Inflasi Hijau dalam Kehidupan Sehari-Hari

Efek greenflation cukup terasa, khususnya bagi mereka yang mengelola keuangan rumah tangga.

Berbagai sektor akan terkena dampak dari inflasi lingkungan ini, termasuk kebutuhan pokok, transportasi, dan perumahan. Lantas, bagaimana dampaknya pada kehidupan sehari-hari?

Biaya Hidup Meningkat

Dengan biaya investasi energi terbarukan yang relatif tinggi, harga energi untuk rumah tangga akan naik, terutama saat masa transisi, seperti yang terjadi di Jerman.[1]

Biaya transisi yang besar tersebut tentu akan menjadi tanggungan konsumen.

Harga Produk Hijau Naik

Produk yang diklaim ramah lingkungan, hingga produk daur ulang relatif lebih mahal. Studi dari firma konsultan Belanda, Kearny, menunjukkan pelanggan membayar 75-85% lebih mahal untuk gaya hidup go green.[2]

Ketergantungan pada Subsidi Pemerintah

Supaya masyarakat mampu mengakses teknologi hijau, beberapa pemerintah memberikan subsidi. Contohnya subsidi motor listrik dan mobil listrik.

Namun, tidak semua subsidi dapat terus bertahan lama karena juga membutuhkan anggaran besar. Contohnya, Jerman yang mencabut subsidi baterai mobil listrik pada 2023 lalu karena anggaran yang terbatas.[3]

Bagaimana Menghadapi Dampak Inflasi Hijau?

Lantas, apakah berarti tidak usah saja menggunakan energi hijau? Adakah solusi untuk permasalahan ini?

Seiring teknologi yang semakin maju, akan sampai pada titik di mana teknologi hijau terjangkau bagi semua. Tapi, waktunya kapan, belum ada yang tahu.

Untuk skala individu, beberapa langkah praktis berikut dapat membantu Anda menghadapi kondisi ini.

Sesuaikan Anggaran untuk Pengeluaran Esensial

Pengeluaran kebutuhan dasar mungkin lebih tinggi dari sebelumnya.

Mulailah melakukan perencanaan anggaran yang lebih ketat dengan mengutamakan kebutuhan esensial dan membatasi pengeluaran untuk barang-barang non-prioritas.

Pertimbangkan Investasi Hijau

Selain mengandalkan tabungan biasa, Anda bisa mempertimbangkan investasi di sektor hijau. Misalnya reksadana ESG atau green sukuk ritel bisa jadi langkah awal.[4]

Investasi dalam aset yang terdiversifikasi atau berkelanjutan dapat membantu menjaga nilai aset Anda di tengah perubahan harga akibat inflasi hijau.

Manfaatkan Teknologi Hemat Energi

Teknologi hemat energi di rumah seperti panel surya, LED, Inverter, atau peralatan listrik dengan energi rendah bisa menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan.

Memang, ada biaya awal yang perlu dikeluarkan, tetapi dalam jangka panjang, ini dapat membantu menghemat pengeluaran energi Anda.

Perkuat Dana Darurat

Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, memiliki dana darurat sangat penting. Idealnya, mulai dari 3 bulan pengeluaran untuk para lajang, hingga 12 bulan untuk pasangan dengan anak.

Dana darurat bisa menjadi “penyelamat” bagi Anda jika terjadi lonjakan harga secara mendadak. Jadi, Anda dapat menutup kebutuhan tanpa harus memotong anggaran yang lain.

Gunakan pinjaman jaminan BPKB dari MUFDana untuk kebutuhan dana cepat dan darurat tersebut. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat pondasi keuangan Anda.

Inflasi hijau adalah tantangan baru dalam perekonomian saat ini. Meskipun ada beberapa dampak negatif, dengan perencanaan yang tepat dan bantuan finansial yang tepat seperti dari MUFDana, Anda dapat melewati masa-masa ini dengan lebih stabil.