Risiko Investasi: 7 Tantangan Utama dan Tips Mengatasinya
25 September 2024
Risiko investasi bukan hal yang bisa dihindari sepenuhnya. Tapi, dengan pemahaman yang tepat, Anda dapat mengurangi dampak negatifnya, bahkan berpeluang memanfaatkan risiko tersebut untuk keuntungan.
Artikel ini akan membahas tujuh risiko utama yang perlu Anda ketahui, lengkap dengan tips manajemen risiko investasi agar Anda mengelolanya.
Fluktuasi Pasar: Jebakan Ketidakpastian
Pasar penuh dengan ketidakpastian. Nilai saham, obligasi, bahkan emas bisa berubah setiap hari. Terkadang, pergerakan pasar terjadi tanpa pola yang jelas, membuat investor merasa khawatir.
Lihat diagram harga emas selama Oktober-November 2024 di atas. Hanya dalam 1 bulan, harga emas tembus angka psikologis 2.700 dan 2.800, serta turun lagi ke angka 2.600.
Bagaimana menghadapinya?
Salah satu cara terbaik mengatasi risiko pasar adalah dengan alokasi aset. Dengan kata lain, sebar investasi di berbagai instrumen agar Anda tidak terlalu bergantung pada satu jenis saja.
Contohnya, kalau Anda punya investasi saham, pertimbangkan juga untuk menambah instrumen seperti reksa dana, obligasi, atau emas.
Dengan begitu, ketika salah satu aset mengalami penurunan, aset lain bisa menyeimbangkannya.
Inflasi: Musuh Utama Daya Beli
Risiko inflasi adalah jenis yang seringkali diremehkan namun memiliki dampak besar. Data inflasi di Indonesia menunjukan 2-5% tiap bulannya[1]. Ini paling terasa kalau Anda berinvestasi yang memberi imbal hasil tetap seperti deposito.
Misalnya, jika inflasi mencapai 5% sementara bunga deposito hanya 4%, nilai riil uang Anda sebenarnya menurun.
Solusinya, diversifikasi investasi pada aset yang tahan inflasi, seperti: emas, tanah, atau properti. Itu bisa jadi solusi jangka panjang untuk mempertahankan nilai kekayaan Anda.
Likuiditas: Sulitnya Mencairkan Aset Saat Butuh
Likuiditas adalah tentang seberapa cepat aset investasi Anda cair, tanpa nilainya berkurang.
Kalau Anda bisa jual tanah secara cepat dengan harga Rp600 juta, padahal harga normalnya Rp1 miliar, berarti tidak likuid.
Tidak semua instrumen investasi punya likuiditas tinggi. Properti misalnya, butuh waktu lama untuk terjual, sementara saham atau reksa dana lebih mudah dicairkan.
Untuk menghindari masalah likuiditas, seimbangkan portofolio Anda dengan aset yang mudah cair.
Misalnya, kombinasi antara saham dan reksa dana dengan properti bisa memberikan keseimbangan antara potensi keuntungan dan fleksibilitas dana.
Selain itu, jangan lupa dana darurat juga sangat penting agar tidak perlu menjual investasi di waktu yang kurang menguntungkan.
Kredit: Gagal Bayar Pihak Ketiga
Risiko kredit terutama terjadi pada investasi yang melibatkan instrumen utang, seperti obligasi.
Dalam obligasi, ada kemungkinan penerbit mengalami masalah keuangan dan tidak mampu membayar bunga atau pokok pinjaman.
Guna menghindari ini, Anda bisa lakukan mitigasi berikut.
- Prioritaskan instrumen yang diterbitkan oleh pihak yang memiliki peringkat kredit tinggi. Lakukan riset atas calon debitur.
- Pilih obligasi dengan jaminan pemerintah, karena memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan obligasi swasta.
- Lakukan diversifikasi juga di dalam portofolio obligasi, sehingga Anda tidak terlalu bergantung pada satu penerbit.
Suku Bunga: Efeknya pada Nilai Investasi
Perubahan suku bunga oleh bank sentral bisa sangat mempengaruhi nilai investasi Anda, terutama pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi.
Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun, dan sebaliknya. Ini karena investor lebih tertarik pada instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Agar terhindar dari dampak perubahan suku bunga, Anda bisa membeli aset yang relatif kebal terhadap perubahan suku bunga, seperti saham atau properti.
Mata Uang: Pengaruh pada Investasi Internasional
Jika Anda berinvestasi di luar negeri, nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi nilai investasi secara signifikan.
Pelemahan rupiah terhadap mata uang asing, misalnya, bisa meningkatkan nilai investasi dalam rupiah, tetapi sebaliknya, ketika rupiah menguat, investasi Anda bisa menurun.
Untuk mengelola risiko ini, Anda bisa menggunakan strategi hedging.
Atau, jika ingin lebih sederhana, pilihlah instrumen investasi lokal yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar. Ini bisa memberikan ketenangan lebih saat nilai tukar sedang bergejolak.
Faktor Politik: Pengaruh Kebijakan dan Stabilitas pada Investasi
Masih ingat awal konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga emas dan komoditas lainnya melambung? Lalu, beberapa bulan kemudian, harganya tersungkur karena kebijakan bank sentral AS.
Kondisi politik, termasuk kebijakan pemerintah dan perubahan peraturan, sering mempengaruhi investasi.
Untuk mengelola risiko ini, strategi berikut bisa Anda terapkan:
- Jika berinvestasi di luar negeri, pilih negara dengan stabilitas politik tinggi.
- Sebarkan portofolio investasi di beberapa wilayah atau negara untuk mengurangi dampak dari perubahan politik di satu lokasi saja.
- Pertimbangkan investasi pada instrumen yang terlindungi dari risiko politik seperti saham perusahaan internasional dengan jangkauan global.
Risiko merupakan bagian dari perjalanan investasi yang tidak bisa dihindari. Namun, dengan mengenali tujuh tantangan ini dan menerapkan strategi yang tepat, Anda bisa lebih siap menghadapi dinamika pasar.
Jika sewaktu-waktu membutuhkan dana untuk memperkuat portofolio, MUFDana bisa membantu. Gunakan layanan pinjaman jaminan BPKB yang bisa membantu Anda mengelola risiko investasi lebih optimal.